Breaking News
Loading...
Tuesday, May 17, 2011

Hanya Kebagian Sisanya Saja

10:19 AM
Seorang Pria paruh baya sedang termenung, berdiri di pelataran parkir sebuah gedung megah yang baru saja berdiri. Pria berpakaian sederhana itu memandang haru tulisan ”Sekolah Gratis & Panti Asuhan” di papan nama gedung tersebut. Air matanya berlinang dan senyum puas pun terhias di bibirnya.

Seorang Pemuda berdasi yang sejak tadi memandangi tingkah laku sang pria dari balik kaca dalam gedung bergegas ke luar. Dia menghampiri sang Pria di pelataran parkir.

”Selamat pagi, Pak”, sapa Pemuda tersebut.

Sang Pria menoleh dan tersenyum sambil berkata, ”Selamat pagi juga, Dik”.

”Sejak tadi saya melihat Bapak mengagumi gedung ini. Benar, Pak?”, tanya si Pemuda.

”Ya, benar”, jawab sang Pria.

”Saya tidak hanya mengagumi keindahan arsitektur gedung ini, tetapi saya juga membayangkan berapa banyak generasi muda calon pemimpin bangsa di masa mendatang yang akan terbantu dengan adanya sekolah gratis dan panti asuhan ini”, lanjutnya lagi.

”Itu betul, Pak.”, kata si Pemuda dengan bangga.

”Dan salah satu orang yang paling berjasa di balik pendirian gedung ini adalah saya sendiri, Pak.”, kata si Pemuda sambil tersenyum lebar.

”Jadi, bisa dikatakan bahwa salah satu founder-nya adalah saya, Pak”, kata si Pemuda sambil menepuk data.

”Oh, ya?”, kata sang Pria sambil terkejut.

”Kalau begitu, anda adalah orang yang sangat mulia. Masih muda tetapi banyak berjasa”, kata sang Pria melanjutkan.

”Apa saja sih peran anda dalam pembangunan sekolah gratis ini?”, tanya sang Pria dengan penuh minat.

”Saya adalah salah satu dari lima kepala mandor yang membangun gedung ini, Pak”, jawab si Pemuda dengan bangga.

”Saya membangun gedung ini dengan segenap waktu dan tenaga saya karena bagi saya yang saya lakukan ini adalah investasi untuk masa depan saya”, lanjut si Pemuda.

”Dan saya juga setiap bulan selalu menyumbang uang sebesar lima puluh ribu rupiah dari gaji saya selama bekerja sebagai kepala mandor di sini untuk membantu biaya pembangunan gedung sekolah ini”, kata si Pemuda sambil membuka lima jari tangannya.

”Jadi, saya adalah salah satu orang yang telah berjasa mencurahkan waktu, tenaga, keahlian, dan uang pribadi saya, sehingga sekolah gratis ini berdiri sekarang”, kata si Pemuda menutup penjelasannya dengan nada bangga.

”Kalau hanya ada lima kepala mandor yang menyumbangkan lima puluh ribu rupiah setiap bulannya berarti hanya ada sumbangan sebesar dua ratus lima puluh ribu rupiah saja setiap bulannya”, gumam sang Pria.

”Sedangkan biaya setiap bulan yang harus dikeluarkan untuk pembangunan gedung ini pasti besar sekali. Siapa yang menutup kekurangan biaya pembangunannya setiap bulan?”, tanya sang Pria kepada si Pemuda.

”Wah, kalau itu sih bukan urusan saya, Pak”, tukas si Pemuda.

”Siapa suruh membangun sekolah gratis”, jawabnya lagi.

”Begini-begini juga, saya sudah banyak berjasa lho, Pak”, kata si Pemuda membela diri.

”Kalau kontribusi Bapak untuk pembangunan ini apa?”, tanya si Pemuda dengan mimik wajah meremehkan.

Sambil tersenyum sang Pria menjawab,”Saya hanya memiliki impian berdirinya sebuah sekolah gratis yang akan membantu banyak generasi muda menjadi manusia-manusia unggul calon pemimpin bangsa di masa mendatang.”

”Sekolah gratis yang akan menjadi contoh bagi banyak orang, agar mau mendirikan hal yang serupa di tengah-tengah perlombaan sekolah-sekolah meningkatkan biaya pendidikannya. Yang konon, katanya biaya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Tetapi kenyataannya, semakin tidak dapat menjamin lulusannya mendapatkan pekerjaan apalagi penghasilan”, kata sang Pria sambil menghela nafas.

”Cuma impian saja, Pak?”, kata si Pemuda dengan senyum mengejek.

”Kalau hanya itu sih, semua orang juga bisa”, kata si Pemuda meremehkan.

”Oh, ya. Saya lupa mengatakan bahwa di luar sumbangan dua ratus lima puluh ribu untuk biaya pembangunan gedung ini, sebenarnya saya lah yang menutup seluruh sisa kekurangan biayanya setiap bulan”, kata sang Pria.

”Jadi, kontribusi saya hanya kebagian menutup sisa kekurangan dari sumbangan anda saja”, tutur sang Pria sambil tersenyum.

*******
Banyak orang yang berjasa kecil ingin ditonjolkan jasa-sajanya dan ingin dihargai atau dihormati oleh orang lain. Mereka ingin dianggap hebat dan sering berkali berkata, ”karena sayalah maka hal itu terjadi” atau ”kalau tidak ada saya, maka hal itu tidak akan terjadi”. Semua hal berpusat kepada dirinya dan jasanya.

Sedangkan orang-orang yang berjasa besar biasanya adalah orang yang rendah hati dan cenderung tidak mau menonjolkan jasa-jasanya. Mereka tidak gila hormat dan tidak menuntut dihargai oleh orang lain karena jasanya. Mereka adalah orang-orang yang memiliki keikhlasan hati dan berjiwa besar. Hal itu lah yang membuat mereka sukses di dunia dan di akhirat.

0 comments:

Post a Comment

 
Toggle Footer