Breaking News
Loading...
Tuesday, May 24, 2011

Kisah Secangkir Kopi Asin

10:19 AM
Dia bertemu dengan gadis itu di sebuah pesta, gadis yang menakjubkan. Banyak pria yang berusaha mendekatinya. Sedangkan dia sendiri hanya seorang laki-laki biasa. Tak ada seorang gadis pun yang mempedulikannya. Pesta telah selesai, dia pun mengundang gadis itu untuk minum kopi bersamanya. Walaupun terkejut dengan undangan yang mendadak, si gadis tidak mau mengecewakannya, dan dia pun menerima undangan tersebut. Mereka berdua duduk di sebuah kedai kopi yang begitu nyaman. Si lelaki begitu gugup untuk mengatakan sesuatu, sedangkan si gadis merasa sangat jenuh dan membosankan.

“Cepat katakan sesuatu. Aku ingin segera pulang”, kata si gadis dalam hatinya.

Tiba-tiba si laki-laki berkata pada pelayan,

“Tolong ambilkan saya garam. Saya ingin menambahkan dalam kopi saya.”

Semua orang memandang dan melihat aneh padanya. Mukanya mendadak menjadi merah, tapi dia tetap mengambil dan membubuhkan garam dalam kopi serta meminum kopinya.

Sang gadis bertanya dengan penuh rasa ingin tahu kepadanya,

“Kebiasaanmu sangat aneh?”.

“Saat aku masih kecil, aku tinggal dekat laut. Aku sangat suka bermain-main di laut, di mana aku dapat merasakan laut… asin dan pahit. Sama seperti rasa kopi ini”,jawab si laki-laki.

“Sekarang, tiap kali aku minum kopi asin, aku jadi teringat akan masa kecilku, tanah kelahiranku. Aku sangat merindukan kampung halamanku, rindu kedua orang tuaku yang masih tinggal di sana”, lanjutnya dengan mata berlinang.

Sang gadis begitu terharu. Itu adalah hal sangat menyentuh hati. Perasaan yang begitu dalam dari seorang laki-laki yang mengungkapkan kerinduan akan kampung halamannya. Ia pasti seorang yang penyayang dan begitu menghargai rumah dan keluarganya. Ia pasti mempunyai rasa tanggungjawab akan tempat tinggal dan orang tuanya.

Kemudian sang gadis memulai perbicaraannya, mulai bercerita tentang tempat tinggalnya yang jauh, masa kecilnya, keluarganya. Perbicaraan yang sangat menarik bagi mereka berdua. Dan itu juga merupakan permulaan yang indah dari kisah cinta mereka. Mereka terus menjalin hubungan. Sang gadis menyadari bahawa dia adalah lelaki idamannya. Dia begitu toleran, baik hati, hangat, penuh perhatian dan dia adalah lelaki baik yang hampir saja diabaikan begitu saja.

Untung saja ada kopi asin, pikir nya.

Seperti setiap kisah cinta yang indah, sang putri menikah dengan sang pangeran, dan mereka hidup bahagia.Begitulah lelaki dan gadis itu akhirnya bernikah. Dan, setiap kali dia membuatkan suaminya secangkir kopi, dia membubuhkan sedikit garam di dalamnya, kerana dia tahu itulah kesukaan suaminya. Setelah 40 tahun berlalu, si pria pun meninggal dunia. Dia meninggalkan sepucuk surat bagi istrinya:

“Sayangku, maafkanlah aku. Maafkan kebohongan yang telah aku buat sepanjang hidupku. Ini adalah satu-satunya kebohonganku padamu, tentang kopi asin. Kamu ingatkan saat kita pertama kali berkenalan? Aku sangat gugup waktu itu. Sebenarnya aku menginginkan sedikit gula. Tapi aku telah mengatakan garam. Waktu itu aku ingin membatalkannya, tapi aku tidak sanggup, maka aku biarkan saja semuanya. Aku tak pernah sangka hal itu akan menjadi awal perkenalan kita. Aku telah mencoba untuk mengatakan hal yang sebenarnya kepadamu. Aku telah mencobanya beberapa kali dalam hidupku, tapi aku begitu takut untuk melakukannya, karena aku telah berjanji untuk tidak menyembunyikan apapun darimu. Sekarang saat kau membaca surat ini, aku sudah tiada. Tidak ada lagi yang perlu aku bimbangkan, maka aku akan mengatakan ini padamu: Aku tidak menyukai kopi yang asin. Tapi sejak aku mengenalimu, aku selalu minum kopi yang rasanya asin sepanjang hidupku. Aku tidak pernah menyesal atas semua yang telah aku lakukan padamu. Aku tidak pernah menyesali semuanya. Dapat berada disampingmu adalah kebahagiaan terbesar dalam hidupku. Jika aku punya kesempatan untuk menjalani hidup sekali lagi, aku tetap akan berusaha mengenalimu dan menjadikanmu isteriku walaupun aku harus minum kopi asin sekali lagi.”

Sang gadis pun mengakhirin surat tersebut dengan cucuran air mata dipipinya.

~Kadang kala kita merasa kita telah mengenali pasangan kita sedemikian rupa, ditinjau dari lamanya hubungan dengan pasangan kita. Namun kadang kala, tidak seperti yang kita bayangkan. Tanpa komunikasi yang rutin, keterbukaan, niscaya masalah demi masalah bisa menjadi batu sandungan kedepannya, dan kadang hanya akan menimbulkan penyesalan saja~

0 comments:

Post a Comment

 
Toggle Footer